Songsong Pemberlakuan BPJS Rumah Sakit Perlu Siapkan Fasilitas Yang Memadai
26/02/13
52
52
Program pemberian jaminan kesehatan masyarakat
(jamkesmas) oleh pemerintah dinilai mampu meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk berobat ke pusat kesehatan masyarakat maupun rumah
sakit. Dengan adanya kartu tersebut, masyarakat tidak enggan lagi untuk
berkunjung ke rumah sakit. Namun disisi lain, jamksemas memicu
terjadinya bagi moral bagi masyarakat miskin. Pasalnya dengan kartu
tersebut masyarakat dapat berobat secara gratis kerumah sakit kapan pun
mereka mau.
“Karena gratis kalau merasa sakit sedikit saja langsung berobat ke
rumah sakit. Padahal sebenarnya tidak perlu. Yang terjadi saat ini
jamkesmas menimbulkan moral hazard bagi masyarakat,” tutur Prof. dr.
Siswanto Agung Wilopo, S.U., SC.D., Kepala Bagian Prodi Ilmu Kesehatan
Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran UGM, Rabu (20/2) di kampus setempat
menyongsong pelaksanaan Annual Scientific Meeting (ASM) 2013 dan
peringatan dies natalis FK UGM ke-67.
Menurutnya, jika hal tersebut tidak diantisipasi akan terjadi
lonjakan pasien miskin yang berobat ke rumah sakit. Dampaknya, rumah
sakit tidak akan mampu lagi menampung pasien miskin yang sakit. “Seperti
pada kasus bayi kembar Dera di Jakarta terjadi karena ketidaksiapan
layanan rumah sakit. Pemberian jamksemas tidak diimbangi dengn
penyediaan fasilitas rumah sakit yang memadahi,”jelas Ketua Dies FK UGM
ini.
Guna mengantisipasi kejadian yang sama,ditambah menyongsong
diberlakukannya BPJS pada 2014 mendatang yang memberikan jaminan
kesehatan bagi semua masyarakat termasuk warga miskin, Siswanto
menyebutkan bahwa rumah sakit perlu mempersiapkan infrastruktur
pendukung pelayanan kesehatan tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di
tingkat pelayanan primer atau dokter keluarga. Selain itu juga
peningkatan kualitas pada sumber daya manusianya. “Sebenarnya semua bisa
disiapkan, yang diperlukan adalah komitmen politik,” katanya.
Pernyataan senada disampaikan Prof. dr. Budi Mulyanto, Sp.PK (K), MM,
Ketua Umum ASM 2013. Rumah sakit harus benar-benar mempersiapkan diri
menyongsong pelaksanaan BPJS yang akan dilaksanakan dalam beberapa bulan
lagi. Menurutnya penerapan sistem BPJS harus disertai dengan kesiapan
rumah sakit baik fasilitas maupun sumber daya manusianya. Rumah sakit
harus bisa mengeluarkan paket-paket layanan berbasis kendali mutu dan
biaya. “Rumah sakit harus mengeluarkan tarif-tarif sesuai dengan BPJS.
Mutu harus tetap dipertahanakan, tetapi biaya juga tetap diperhatikan,”
tandas mantan Direktur RSUP Dr. Sardjito ini.
Diakuinya, menyiapkan fasilitas yang lengkap dan sesuai standar serta
sumber daya manusia yang berkualitas bukanlah hal yang mudah dan dapat
dilakukan dengan cepat. Semuanya membutuhkan proses secara bertahap dan
tentunya membutuhkan biaya besar. “Misalnya saja untuk penyediaan ruang
ICU itu high cost dan high-tech, “jelasnya.
Sementara untuk RS Sardjito, disampaikan Budi saat ini telah membuat
roadmap untuk mempersiapkan berbagai fasilitas rumah sakit secara
bertahap dalam rangka menyongsong pelaksanaan BPJS. Harapannya, pada
2019 mendatang RS Sardjito telah betul-betul siap memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. (Humas UGM/Ika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar